Dimensi – Balipost Minggu, 14 Juni 2009.
Tiga Ciri Suksesnya Pengamalan Agama
MASIH
banyak orang yang baru merasa beragama kalau sudah melaksanakan upacara
yadnya atau melakukan sembahyang. Menolong orang menderita, berdana
punia di bidang pendidikan, tidak mengotori lingkungan, berlalu - lintas
yang sopan mengikuti aturan, hidup hemat, hal itu sering tidak dianggap
sebagai perilaku mengamalkan ajaran agama. Padahal, berbuat baik, benar
dan wajar diajarkan sebagai pengamalan agama.
Berbakti pada Tuhan
sesungguhnya untuk memotifasi agar manusia dapat berbuat baik, benar
dan wajar, untuk membenahi kualitas hidup dirinya sendiri, kualitas
kehidupannya bersama dalam masyarakat dan kualitas perilakunya pada alam
lingkungan.
Upacara yadnya adalah merayakan hari raya aga m
sebagai metode sakral untuk menanamkan tattwa agama agar umat
termotivasi melakukan perilaku nyata memelihara hak azas alam
berdasarkan rta. Demikian juga untuk menegakan dkarma agar kualitas
moral dan daya tahan mental semakin meningkat. Agama Hindu juga
mengajarkan agar memelihara kesehatan dan kebugaran fisik sebagai metha
untuk berbuat baik, benar dan wajar.
Citra kehidupan beragama
akan menjadi Semakin terpuruk kalau pengamalan agama menyebab kan
kehidupan umat manusia semakin rusak. Sebutlah misalnya atas nama agama
melakukan teror yang demikian kejam kepada sesama manusia, karena alasan
berbeda agama tidak mau bergaul setara dengan sesama manusia. Ada juga
karena alasan agama, orang membeda bedakan harkat dan martabat manusia,
seperti memandang kedudukan wanita lebih rendah dan laki-laki. Dengan
alasan agama, orang mendudukkan suatu wangsa tertentu lebih tinggi dan
wangsa yang lain.
Pengamalan agama seperti itu akan merusak
citra agama. Perilaku yang demikian itulah sesungguhnya tergolong
melakukan penodaan agama yang melanggar ajaran agama itu sendiri dan
juga ketentuan hukum positif yang herlaku di Indonesia.
Pengamalan
agama dalam kehidupan ini baru dianggap berhasil setidak-tidaknya dapat
dilihat dari tiga kriteria adanya peningkatan kualitas hidup manusia
secara individual, adanya peningkatan kualitas kehidupan sosial, dan
adanya peningkatan upaya pelestarian alam lingkungan. Tanpa adanya
kemajuan dalam tiga aspek kehidupan itu, berarti kehidupan beragama
belum berhasil memberikan kontribusi positif pada kehidupan ini.
Keyakinan
dan pemujaan pada Tuhan salah satu wujud dan pengamalan agama. Kalau
pemujaan Tuhan itu tidak mendatangkan perbaikan pada tiga aspek
tersebut, maka ada sesuatu yang salah dalam proses pengamalan agama.
Kesalahan itu bukan pada ajaran agama yang suci sabda Tuhan tersebut.
Tiga kriteria suksesnya pengamalan agama dapat diamati sbb.:
Pertarna,
adanya peningkatan kualitas hidup secara individual. Artinya dengan
mengamalkan ajaran agama, seseorang hidupnya menjadi semakin
berkualitas. Dengan. mengamalkan ajaran agama, hidup seseorang lebih
tenang dan damai dalam kejiwaannya, lebih sehat secara fisik, lebih
disiplin dalam melakukan kehidupan, lebih mampu menata kehidupan yang
semakin sejahtera lahir dan batin.
Demikian juga secara
individual moralnya semakin luhur, daya tahan mentalnya lebih tangguh
menghadapi hiruk pikuk, pasang surut serta suka dukanya kehidupan ini.
Proses kehidupan yang multidimensi ini diselenggarakannya dengan
seimbang dan wajar dan dengan demikian kehidupan di bumi ini tidak
dirasakan sebagai beban yang demikian memberatkan. Suka’duka diterimanya
dengan sikap yang adil dan dengan akal sehat.
Dalam diri setiap orang, menurut sastra Hindu ada kekuatan citta yang disebut aiswarya.
Unsur aiswarya ini adalah unsur pikiran yang mendorong seseorang
berniat dan berbuat untuk meningkatkan kualitas dirin terus menerus.
Dengan mengamalkan ajaran Hindu, unsur aiswarya itu menjadi
semakin kuat dalam citta atau alam pikiran seseorang. Dengan begitu,
orang pun semakin kuat niatnya meningkatkan kualitas dirinya secara
individual.
Kedua, dinamika kehidupan sosial
yang semakin harmonis. Dinamika sosial itu tetap sinergis. Sinergi
sosial itu mampu menumbuhkan pnoduktivitas sosial yang semakin kondusif
menciptakan nilai-nilai spiritual dan nilai material yang seimbang dan
berkesinambungan. Dengan nilai itu, umat manusia hidupnya semakin rukun,
aman dan damai. Agama seharusnya mampu didayagunakan untuk memanajemen
berbagai perbedaan agar menjadi keanekaragaman yang membawa daya tank
menghapuskan kejenuhan jiwa.
Agama jangan diekspresikan justru
untuk membawa keruhnya kehidupan sosial yang dalam dunia global semakin
pluralistik. Kondisi pluralistik ini justru dihina untuk membangun
dialog sosial yang multikultur. Dialog sosial itu dapat mendorong
munculnya inspirasi spiritual dalam mengakomodasikan bertagai aspirasi
yang berbeda dari berbagai pihak. Pengamalan agama dapat meredarn dengan
cantik emosi sosial yang kadang-kadang meledak karena dipicu oleh
pihak-pihak tertentu. Memelihara kualitas individu dan sosial bedasarkan
ajaran dharma.
Ketiga, pengamalan agama akan
sukses dengan ciri tidak adanya perilaku manusia mengeksploitasi
keseimbangan alam lingkungan yang melanggar hukum rta.
Lingkungan yang rusak karena adanya kerakusan sementara pihak, sementara
orang-rang kaya menggunakan sumber-sumber mineral yang tak terbarukan
secara berlebihan. Misalnya minyak bumi, bijih besi, timah, emas, perak,
dll.
Semua sumber mineral yang tak terbarukan itu dieksploitasi
secara berlebihan sehingga menimbulkan berhagai kerusakan bumi.
Demikian juga menurunnya keberadaan air tawar di bumi karena penggunaan
yang berlebihan dan juga karena adanya pengerusakan hutan yang sulit
dihentikan. Semua itu mestinya tidak terjadi kalau agama dapat benfungsi
meredam kerakusan manusia. Alam seharusnya dijaga penggunaannya secara
seimbang dengan tidak melanggar hukum rta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar