Dimensi – Balipost Minggu, 18 April 2010
Ingin Hidup Sejahtera, Lindungi Lima Hal
Oleh : Drs. Ketut Wiana, M.Ag.
Dahrrnam dhanam ca dhanyan ca,
guror vacanam ausadham,
sugritah ca kartavyam,
anyatha tu jivati [Canakya Nitisastra, XII. 18]
Maksudnya: Kalau ingin hidup sejahtera lindungi dan peliharalah agama yang dianut (dharma), kekayaan (dhana) bahan makanan (dhanyan). Kata-kata bijak guru (guru vacana) dan kesehatan (ausadha). Kalau hal ini tidak dipelihara baik-baik hidup sejahtera itu tidak akan pernah didapatkan.
Setiap
orang yang hidup di bumi ini pasti mengharapkan hidup aman damai dan
sejahtera. Lebih-lebih dalam Manawa Dharmasastra I.89 menyatakan: Pajanam raksanam danam... Maksudnya, para ksatriya (pemerintah) agar senantiasa mengupayakan rasa aman dan damai (raksanam) serta hidup sejahtera (danam) bagi masyarakat (praja).
Ini artinya para ksatriya yang duduk di pemerintahan negara agar
menciptakan iklim untuk mendorong masyarakat mendapatkan rasa aman damai
dan sejahtera.
Untuk itu pemerintah bersama masyarakatnya dengan
koordinasi yang termanegemen dengan baik mengupayakan untuk melindungi
lima hal. Lima hal yang wajib dilindungi itu dinyatakan dalam Canakya
Nitisastra XIV. 18 sbb: Agama (dharma), kekayaan (dhana), bahan makanan (dhanyan), kata-kata bijak guru (guru vacana) dan sistem memelihara kesehatan (ausada) dengan cara benar, baik dan tepat. Lima hal itu adalah:
Agama:
Lindungi dan peliharalah agama yang dianut dengan benar, baik dan
tepat. Gunakanlah agama yang dianut untuk menguatkan kepercayaan atau sraddha dan bhakti kita kepada Tuhan.
Daya
gunakanlah kepercayaan dan bhakti kita pada Tuhan untuk menguatkan daya
spiritual untuk meningkatkan kwalitas moral dan daya tahan mental dalam
menghadapi berbagai dinamika dan hiruk pikuknya kehidupan. Kehidupan
modern semakin membutuhkan moral yang luhur dan daya tahan mental yang
semakin kuat. Kualitas dan intensitas godaan hidup di zaman global ini
semakin meningkat.
Agama harus dijadikan kekuatan
untuk mengantisipasi godaan-godaan tersebut. Dengan demikian agama akan
memberi kontribusi positif pada kehidupan individu dan kehidupan
bersama di bumi ini. Kontribusi positif kehidupan dan agama dapat
memberikan arah pada dinamika hidup ini kearah yang baik, benar, tepat
dan produktif dalam artian menumbuhkan nilai-nilai spiritual dan
nilai-nilai material secara seimbang dan kontinyu.
Agama
seyogyanya berkontribusi mengatasi berbagai kekerasan dan sifat-sifat
kasar yang dipentaskan oleh berbagai individu dan kelompok dengan
mengatasnamakan agama. Agama jangan dirumuskan menjadi berbagai
kewajiban yang ruwet dan memberatkan kehidupan. Jangan agama dijadikan
dasar membuat berbagai kegiatan yang boros sumberdaya alam, boros
finansial, boros waktu, tenaga dan membuat lalu lintas terganggu.
Justeru
penerapan agama hendaknya diterapkan sesuai dengan yang diajarkan dalam
kitab suci untuk mengatasi hal-hal yang disebutkan itu. Kalau agama
diterapkan sesuai dengan petunjuknya dalam kitab suci pasti akan
memberikan kontribusi positif dalam hidup ini.
Dhana
adalah aset yang dimiliki agar dilindungi dan dipelihara dengan
sebaik-baiknya untuk menjadi sarana menguatkan upaya manusia mewujudkan
tujuan hidup mencapai tujuan hidup. Dalam Sarasamuscaya 177 dan 178
dinyatakan bahwa kegunaan dhana itu untuk dinikmati dan
di-danapunia-kan. Medanapunia itu bukan berarti diberikan pada orang
dengan sembarangan.
Bhagawad Gita XVII. 20 menyatakan danapunia itu dilakukan dengan dasar desa, kala, patra. Sarasamuscaya 271 menyatakan: Ikang artha danakena ri sang patra, patra ngaran sang yogia wehana dana. Artinya : artha itu hendaknya di-danapunia-kan pada Sang Patra. Patra namanya orang baik yang seyogianya diberikan dana punia. Ini artinya dana punia itu harus diberikan pada orang yang tepat.
Dhanyan
artinya bahan makanan. Hal ini harus dijaga dan dilindungi baik dari
segi kuantitas dan kualitasnya. Industri makanan banyak sekali dijumpai
sudah merusak makanan menjadi racun demi keuntungan bisnis semata.
Banyak makanan dirusak dengan diisi zat kimia berbahaya. Demikian juga
dalam industri makanan sering dijumpai antara label pada kemasannya dan
isinya di dalam berbeda dari segi kuantitas dan kualitas.
Padahal
dalam Mantra Weda dinyatakan tidak boleh menipu langganan dan memalsu
barang dagangan itu suatu perbuatan dosa menurut Weda. Dalam berbagai
pustaka Hindu banyak sekali dibahas masalah makanan ini. Karena untuk
hidup sejahtera dimulai dari makan dengan cara yang benar, baik dan
tepat. Kalau menyikapi makanan ini salah caranya maka makanan itulah
yang akan membuat hidup seseorang menjadi sengsara. Bhagawad Gita XVII,
8-10 ada dijelaskan tentang tiga jenis makanan yaitu satvika, rajasika dan tamasika ahara. Makanan yang ideal adalah makanan yang satvika.
Guru vacana artinya kata-kata bijak dari guru suci. Dalam Wrehaspati Tattwa 26 ada dinyatakan: Kawarah sang Hyang Aji kaupapatyan de sang guru agama ngaran.
Artinya apa yang dinyatakan oleh kitab suci dan diajarkan oleh guru
itulah agama namanya. Sarasamuscaya 181 juga menyatakan bahwa: Agama ngaran kawarah sang Hyang Aji.
Agama namanya apa yang dinyatakan oleh kitab suci. Dan mantra Weda
sabda Tuhan itu dipelajari oleh guru atau rsi dan terus dirumuskan
kembali oleh para rsi menjadi kata-kata bijak.
Kata-kata bijak
yang disebut juga subha sita inilah yang harus disosialisasikan oleh
guru. Kata-kata bijak guru (subha sita) ini dalam Canakya Nitisastra
XIII.21 disebut sebagai salah satu tiga ratnapermata bumi. Dua yang
lainnya adalah air dan tunbuh-tumbuhan bahan makanan dan obat-obatan. Subha sita
inilah yang seyogianya dipelihara oleh umat manusia sebagai sesuluh
kehidupan. Manusiapun dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan cara
makannya yaitu yogi makan sekali sehari, bhogi makan dua kali sehari dan rogi makan hanya berdasarkan dorongan hawa nafsu belaka.
Ausada
artinya sistern pemeliharaan kesehatan. Untuk hidup sejahtera menurut
Ayur Weda ada tiga yang wajib dikelola dengan sebaik-baiknya yaitu ahara
makanan dengan konsep yang benar dan tepat. Wihara gaya hidup yang
cerdas dan tepat dan ausada artinya mengelola sistem kesehatan jasmani
dan rohani agar senantiasa sehat dan bugar. Kesehatan adalah suatu
kekayaan yang paling tinggi nilainya dalam hidup. Karena itu
managemenlah sikap hidup sehat agar senantiasa dilakukan dengan penuh
disiplin. Baik menyangkut soal makanan dan gaya hidup. Kalau makanan dan
gaya hidup ini dapat dikelola dengan sebaik-baiknya maka hidup sehat
dan sejahtera yakin akan dapat diwujudkan. [dimensi – balipost minggu].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar